Mengapa Banyak Ikut Training, Tapi Tidak Banyak Berubah? - AKSINOSIA(Akselerasi Inovasi Asia)

Mengapa Banyak Ikut Training, Tapi Tidak Banyak Berubah?

Share:

Masalah klise. Ikut Training tapi tidak banyak berubah, bagaimana menjelaskannya?

Suatu ketika, saat melakukan TNA (Training Need Analysis) di suatu perusahaan, seorang supervisor jujur berkisah tentang dirinya. Menurutnya, "Pak Anthony, saya banyak ikut training. Juga sering beli buku. Tapi, kenapa saya merasa hidup saya tidak banyak berubah?" Nah, pertanyaan itulah yang membuat saya tergerak untuk menuliskan analisa saya. 

Saya menyebutnya filosofi belajar "4L"

Intinya begini. 
Tahukah Anda selama ini banyak dari kita jarang menuntaskan 1 siklus belajar kita.

Mungkin inikah yang membuat kita sering tidak merasa berkembang? Padahal sudah mengikuti traning di mana-mana dengan biaya yang tak kecil?

Lantas, kita mempersalahkan trainernya kurang menarik. Kemudian ia meremehkan isi trainingnya yang itu-itu saja.

Nah, ini saat yang tepat untuk meninjau proses itu dalam siklus belajar kita.

1. Learning to know: Kita belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Jangan merasa sudah tahu, karena kita masih belum mengetahuinya dari sudut pandang orang lain.

2. Learning to do: Kita belajar untuk melakukan dan belajar suatu keterampilan baru. Kita mentransformasikan sebagian pengetahuan itu menjadi keterampilan.

3. Learning to live: Kita belajar untuk menghidupi pengetahuan dan keterampilan itu dalam relasi dengan orang lan. Di sini kita belajar untuk memecahkan konflik, mendalami orang lain dan memahami budaya dan pikiran orang lain, belajar berkomunikasi dan terlibat bersama orang lain.

4. Learning to be: Kita belajar untuk menegaskan eksistensi kita (human being), belajar mengembangkan keseimbangan jiwa , kepekaan dan apresiasi terhadap spiritualitas hidup manusia.

Nah, itu proses 4L yang saya bungkus dalam satu siklus belajar manusia yang perlu dituntaskan. Tidak boleh setengah-setengah kalau tidak ingin mendapat hasil yang setengah-setengah pula.

Kita sering "stuck" di proses pertama (learning to know).Tidak beranjak ke mana-mana. Kita jadi 'mabok' pengetahuan/ informasi yang bertebaran di mana-mana. Saking mudahnya mengakses informasi jaman sekarang, kita menjadi tak terkendali untuk melahap semua informasi itu.

Kenapa stuck? Mungkin karena takjub atau terlalu nyaman dengan kondisi berpengetahuan. Karena ketika kita merasa sudah tahu, lantas menganggap belajar sudah selesai. Kita jadi sok tahu dan bijaksana. Kita lupa ada 3 proses lagi yang perlu diparipurnakan.

Kita lupa untuk melakukan apa yang kita ketahui. Alih-alih menjadi sebuah keterampilan, sekedar melakukan saja tidak. Istilah kerennya not walk the talk. Karena hidup itu sesungguhnya bukan saja mengetahui apa yang harus dilakukan, tapi melakukan apa yang Anda ketahui.

Kita lupa menghidupinya dalam relasi kita dengan orang lain. Jangankan dipraktekkan, hanya ditimbun bagi diri kita sendiri. Bahkan tikuspun bisa mati di lumbung beras. Mudah-mudahan kita tidak mati tertimbun dengan pengetahuan kita sendiri. Kita lupa berbagi ilmu dengan orang lain untuk kebaikan, keharmonisan hidup bersama.

Akhirnya kita lupa untuk menemukan eksistensi diri kita. Ini kondisi puncak dari proses belajar kita, di mana kita belajar menyeimbangkan jiwa kita melalui pengetahuan,keterampilan dan harmoni bersama orang lain.

Di manakah kita berada pada proses itu?



Sumber : Anthony Dio Martin

No comments