(Saat burung harus belajar berenang di kolam)
**
Sebut saja namanya Amanda, seorang Manager muda yang baru saja memulai jabatan barunya di sebuah perusahaan.Tadinya dia senang sekali karena jabatan baru yang didapatkannya kelihatannya menjanjikan.Perusahaan baru, industry yang baru, jabatan baru, tanggung jawab yang baru, dan tentu saja membuat semangatnya juga baru.
Dan mulailah Amanda bekerja di perusahaan itu.
**
Ternyata …oh ternyata ….
Suasana perusahaan itu sangat berbeda dengan perusahaan di mana dia bekerja sebelumnya.
Culture-nya begitu berbeda. Teman-temannya juga seperti tidak menerimanya dengan tangan terbuka. Bahkan boss-nya sendiri (yang memilih dan memilih dan merekrut-nya), seringkali sibuk dan tak ada waktu untuk mengajarinya, memotivasinya atau bahkan berdiskusi dengannya.
Hari itu Amanda berdiskusi dengan saya secara virtual, dan “curhat” kepada saya.
Seandainya saja, pandemic sudah berlalu, kami pasti sudah makan malam yang Indah di Mega Kuningan. Terpaksa hari itu kami diskusi virtual.
**
“Mas Pam …, saya harus menyesuaikan diri, saya harus beradaptasi. Tapi sepertinya sulit sekali. Budaya perusahaan ini begitu berbeda dengan apa yang saya lakukan sebelumnya.”
Hmmmm, sepertinya hal ini sering terjadi pada banyak orang. Tapi saya ingin mendengarkan Amanda lebih jauh lagi. “Kalau memang budaya kerja di sebuah perusahaan itu beda dengan apa yang aku lakukan selama ini, terus bagaimana ya? Kalau memang biasanya aku burung terbang di langit dan ternyata perusahaan ini adalah kolam air, bagaimana burung harus belajar berenang ya?” tanya Amanda.
**
Pertanyaan Amanda sangat masuk akal, dan memang seringkali terjadi pada talent yang pindah dari satu tempat ke tempat lain. Analogi-nya sederhana. Di kebun binatang, ada burung yang terbang di udara, ada ikan yang berenang di air, ada monyet yang memanjat pohon dan ada kuda yang berlari di padang rumput. Kalau burung diceburkan ke kolam , ya akan mati, kalau tidak belajar berenang.
Amanda pernah bekerja di sebuah perusahaan dengan culture yang berbeda. Tentu saja sulit pada awalnya untuk langsung bekerja dengan cepat. Dia harus belajar “berenang” dulu di “kolam” yang baru.
**
“Terus, bagaimana aku bisa beradaptasi lebih cepat Mas?” tanya Amanda.
Dulu saya seringkali ke Finlandia, negeri dengan 188 ribu telaga. Ada pepatah Finlandia yang saya pelajari. “Suatu saat air sungai ketakutan karena harus pergi ke laut. Saat mereka mendekati muara, mereka ketakutan. Bagaimana mereka akan menyesuaikan diri di laut yang asin, semetara mereka tawar?”
“Ternyata jawabannya adalah bukan dengan ketakutan atau mencoba beradaptasi. Jawabannya adalah dengan berhenti berpikir bahwa mereka adalah air sungai, dan langsung menerima fakta baru bahwa mereka sekarang adalah air laut. That’s it!”
“Jadi berarti yang pertama kali dilakukan bukan berusaha ADAPT, just ACCEPT!”
“Oh begitu, wah keren ya? Lebih cepat?” tanya Amanda.
“Yes, jadi tiga step yang dilakukan adalah 3A: ACCEPT, ASSESS, ADVANCE”
“Seru mas, bahas lebih detail dong …”
“Sabar.. sabar,” saya minum coffee-mix de depan saya.
**
Inilah yang harus dilakukan oleh Amanda, atau mereka yang sedang berusaha beradaptasi di suasana yang baru, dan bisa menjadikan catatan bagi kita semua saat di masa depan kita berada di situasi yang mirip.
Kita diskusikan , 3 A tersebut: 3A: ACCEPT, ASSESS, ADVANCE:
1) ACCEPT
Yang pertama kali dilakukan adalah bahwa otak dan hati kita menerima bahwa situasi ini memang yang kita hadapi sekarang. Kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Berhentilah berpikir kalau di tempat saya dulu begini. Stop! You are here now. ELMO, Enough and Lets Move On.
Hal apa saja yang harus kita terima?
a) ACCEPT the CONDITION: situasi ini harus kita terima, realitas ini harus kita terima, agar kita bersiap untuk melangkah maju
b) ACCEPT the COLLEAGUES: terimalah kolega kerja anda yang baru. Kita tidak bisa membandingkan dengan teman-teman yang dulu lagi. Jangan pernah lagi berpikir (dulu team saya lebih pinter, dulu kolega saya lebih cepet …etc), move ON!
c) ACCEPT the CHALLENGE:
Nah, ini nih yang paling penting. Mereka merekrut anda, untuk menyelesaikan sebuah masalah di perusahaan itu. Kalau gak ada masalah besar, buat apa juga anda direcrut? Mereka mungkin akan bisa menyelesaikannya dengan orang-orang yang di dalam perusahaan itu kan?
Nah berarti, the last part of acceptance, adalah Understand and Accept your new challenges, dan segera mencari cara untuk menyelesaikan/memperbaiki hal itu.
**
2) ASSESS
Dokter yang baik akan melakukan diagnose dulu sebelum mengobati.
You also have to assess before finding and implementing your solutions.
Apakah yang harus di-assess?
a) Assess the competences
Coba perhatikan dan Analisa, competence level anak buah anda di tempat yang baru. Competence level kolega anda, bahkan boss anda.
Why? Supaya anda bisa menjadi teamplayer yang baik. Dalam sebuah team, sesame anggota team tidak berkompetisi dengan melakukan hal yang sama. Mereka bekerja sama dengan saling melengkapi. Kalau mereka sudah jagoan sebagai penyerang, anda menjadi penjaga gawang yang baik. Kalau mereka sudah punya penyerang dan back yang bagus, mungkin anda menjadi gelandang tengah.
Mungkin secara teknis mereka expert, tapi perlu strategic alignment. Mungkin secara internal mereka sudah bagus, tapi perlu external (customer) focus yang lebih ditingkatkan.
Mungkin secara implementasi hasilnya sudah bagus, tetapi jarang dikomunikasikan ke seluruh organisasi? Di situlah anda melengkapi, menjadi teamplayer yang baik dengan melengkapi (kompetensi yang diperlukan) dan memperbaiki (kinerja teamnya).
b) Assess the culture
Perhatikan dan Analisa budaya kerja di organisasi yang baru?
Apakah mereka hierarchy? Democratic? Formal? Informal? Relationship? rules driven? Perhatikan, dan mulailah bekerja dengan cara seperti tersebut.
Gak ada gunanya terus menerus mengepakkan sayap mencoba terbang kalau anda sedang berada di dalam kolam.
“Saya sekarang bekerja di organisasi ini, di sini mereka bekerja dengan cara ini, dan saya akan berhasil bila bekerja seperti ini juga”
c) Assess the capacity
Evaluasi kapasitas dan jumlah waktu yang akan anda investasikan dalam pekerjaan anda.
Ingat di awal-awal, wajar saja kalau anda harus berinvestasi banyak waktu, untuk belajar dan beradaptasi.
Berarti anda harus bersiap-siap untuk mengubah prioritas hidup anda, sesuai dengan kapasitas (jam kerja) yang harus anda investasikan.
**
3) ADVANCE (move forward in a purposeful way)
Ok, jangan lama-lama Menganalisa, sekarang waktunya untuk melangkah maju.
a) Define quick win
Apakah hasil perbaikan yang bisa cepat anda capai dalam waktu 1-2 bulan, dan membuat mereka akan bilang “Wow, great job”
Cari itu, lakukan. Investasi ini akan sangat berguna untuk membangun credibility kita ke depannya.
b) Design medium and long term success
Nah setelah quick-win, mulailah mengidentifikasi, apakah permasalahan sebenarnya organisasi (yang membuat mereka merekrut anda).
Break-down masalahnya menjadi beberapa step.
Gambarkan “what the success looks like?” dan “how to get there”, secara medium-term dan long-term.
c) Implement and collaborate
Now, its time to work. Setelah semua di identifikasi, dan dianalisa, and harus mengimplementasikan semuanya dengan disiplin.
Dan tentu saja dengan berkolaborasi dengan semua orang untuk mencapai hasil yang optimal.
**
Voila, when the culture collapse, there is no choice, you have to accept, assess and advance.
Salam Hangat
Pambudi Sunarsihanto
WHEN THE CULTURE COLLAPSE
WHEN THE CULTURE COLLAPSE
No comments